Langsung ke konten utama

Ruwatan

ilustrasi
.
Ruwatan dan Kemusyrikan Dimuncul-munculkan Lagi di Indonesia
Ruwatan dan aneka kemusyrikan (perbuatan dosa terbesar yang dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam dan kekal di neraka bila sampai matinya tidak bertaubat) sampai kini dimuncul-munculkan oleh para perusak aqidah. Kadang bahkan diprakarsai oleh penguasa setempat. Lebih buruknya lagi, bahkan pakai dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), yang pada dasarnya didapat dari masyarakat (Muslim).
Kesesatan dan penyesatan itu diberi nama macam-macam, dan atas nama tradisi. Sehingga masyarakat sangat tertipu dengannya namun tidak terasa.
Bila para ulama dan juru da’wah diam saja, maka terkena dosanya, dan akan dimintai tanggung jawabnya di akherat kelak. Lebih-lebih penguasa yang menyelenggarakan dan menghidup-hidupkan kemusyrikan yang sebenarnya sudah terkubur itu.

Berikut ini dua berita tentang acara kemusyrikan, dan di bagian bawah sorotan tentang acara kemusyrikan itu disertai penjelasan dan dalilnya, betapa bahayanya acara-acara kemusyrikan itu bagi manusia. Karena akan mengakibatkan haram masuk surge dan kekal di neraka.
Tradisi Maeso Suroan Digelar di Lereng Semeru
Liputan6.com, Lumajang: Warga Desa Sumber Mujur, Lumajang, Jawa Timur, di lereng Gunung Semeru menggelar tradisi Maeso Suroan, baru-baru ini. Dalam tradisi itu merekamenanam kepala sapi di hutan bambu untuk para leluhur.
Tradisi Maeso Suroan diawali dengan iring-iringan kesenian reog, tumpeng, dan kepala sapi yang diarak keliling desa. Acara tersebut memang digelar untuk menyambut datangnya tanggal satu Suro.
Tumpeng dan kepala sapi selanjutnya dibawa ke hutan bambu di bawah lereng Semeru. Benda tersebut diletakkan di atas sumber mata air kehidupan atau sumber delling.
Tak lama kemudian, tumpeng dilarung ke sumber mata air. Tujuannya agar sumber mata air itu selalu mengairi sawah warga yang berada di empat desa.
Ritual dilanjutkan dengan menanam kepala sapi dan rebutan aneka macam hasil bumi. Warga meyakini aneka hasil bumi yang diarak keliling desa tersebut akan membawa berkah. Mereka juga berharap terhindar dari segala musibah, terutama dari bencana Semeru.
Ritual tahunan ini juga menyedot perhatian para pengunjung yang sedang berlibur di hutan bambu. Sejumlah wisatawan mancanegara juga hadir menyaksikan acara tersebut.(ULF)
Sumber: liputan6
Ruwatan, Tradisi Tolak Bala
Liputan 6 – Rabu, 8 Desember
Liputan6.com, Surabaya: Meski sudah memasuki era globalisasi, tradisi ruwatan masih tetap tumbuh subur di masyarakat Jawa. Tradisi ini bertujuan membebaskan seseorang dari pengaruh bahaya atau kutukan, Selasa (7/12).
Prosesi ruwatan biasa diawali dengan sungkeman peserta ruwat kepada orangtua atau orang yang sudah dituakan. Dengan mengenakan kain putih yang sudah diikatkan pada bagian tubuh, para peserta dimandikan dengan air yang berasal dari tujuh mata air seperti mata air dari Jolotundo, Trawas, dan Sendang Rejenu di Kota Kudus.
Hingga kini, tradisi ruwatan yang biasa digelar pada bulan Suro ini, masih sering dijumpai terutama pada masyarakat Jawa. Mereka percaya ruwatan ini mampu membebaskan seseorang dari marabahaya atau kutukan. Meski tradisi ini merupakan tradisi Jawa, banyak pula peserta yang bukan merupakan masyarakat Jawa.
Ada beberapa kategori seorang anak yang harus diruwat antara lain ontang anting atau anak tunggal, kedono kedini atau anak kembar beda jenis, pendawa atau lima orang bersaudara laki laki semua. Usai diruwat, para peserta berebut tumpeng sebagai lambang limpahan rezeki dan berkah.(APY/ANS)
Sumber: liputan6
Berikut ini penjelasan tentang ruwatan dan bahayanya bagi aqidah Islamiyah (keyakinan Islam):
Ruwatan, Kemusyrikan yang Dihidupkan Kembali Oleh Kiyai Liberal
Para ulama, muballigh dan tokoh Islam sudah berupaya meredam kemusyrikan, dosa terbesar berupa menyekutukan Allah dengan yang lainnya. Di antara kemusyrikan yang sudah diredam adalah ruwatan, yaitu upacara kemusyrikan, percaya kepada Betoro Kolo, hingga meyakini dengan diadakan ruwatan maka terhindar dari dimangsa Betoro Kolo dan terbuanglah sialnya. Padahal sial ataupun beruntung itu datangnya hanya dari Allah Ta’ala, maka mestinya meminta hanya kepada Allah, bukan kepada selain-Nya, dan bukan dengan cara-cara yang tidak diajarkan Allah Ta’ala.
Terusterang ketika di tahun 2000 ada berita bahwa Presiden AbdurrahmanWahid akandiruwat, saya langsung teringat zaman PKI(PartaiKomunis Indonesia) sebelum peristiwa pemberontakan G30S/PKI 1965.Karena setahusaya adanya ruwatan itu hanya di daerah-daerahPKIatau kalanganorang abangan (Islam tak shalat) di Jawa. Sedangdesa-desayangmasyarakatnyaIslamtidakpernahmelaksanakan ruwatan. Meskipuntidakotomatis ruwatan itu identik denganPKI,namun timbulpertanyaan,apakah Gus Dur mewarisi ajaranruwatanitu darigurunya,Ibu Rubiyah yang memang Gerwani/PKIperempuan?Wallahua’lam. (Tentang guru Gus Dur di antaranya orangGerwani itulihatbukuBahaya Pemikirian Gus DurII,MenyakitiHati
Umat, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2000).

Ruwatanitusendiritidak terdengardimasyarakatsejak dilarangnyaPKItahun 1965. Namun mulaiterdengarlagisejak 1990-an, setelah dukun-dukun berani muncul terang-terangan bahkan praktekdimall-mall atau pusat-pusatperbelanjaandanmembuat paguyuban yang mereka sebut PPI (Paguyuban Paranormal Indonesia). Kononanggotapaguyuban“walisyetan”(istilahhaditsNabi MuhammadSAW untuk dukun) itu 60.000 dukun.Meskipundemikian, istilahruwatantidak begitu terdengar luas,danbarusangat terdengarketikaadakhabar bahwa Gus Dur, Presiden Indonesia ke-4 yang bekas ketua umum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, satu organisasi yang berdiri sejak zaman Belanda 1926)akandiruwat,dan kemudian dia benar-benar hadir dalam acara ruwatan di UGM(Universitas Gajah Mada) Yogya,18/8 2000.

Apa itu ruwatan?

Ruwatan adalah satu upacara kepercayaan yang diyakinisebagai ritual membuangsialyang disebut sukerto aliaspenderitaan.Istilah ruwatan,artinyamembebaskanancamandarimarabahayayang datangnyadari Batoro Kolo, raksasa pemakan manusia,anakraja paradewayakni Batoro Guru. Batoro Kolo, menurut kepercayaan kemusyrikan ini, adalahraksasaburuk jelmaandarimani (sperma) Batoro Guru yang berceceran dilaut,ketika gagalbersenggamadenganpermaisurinya,BatariUma,ketika bercumbudi langit sambil menikmati terang bulan, karenaBatari Umabelumsiap.Karena Batoro Gurugagalmengendalikandiri “dengansang waktu” (kolo) maka mani yang tercecer dilautdan menjadiraksasa buruk itu disebut Batoro Kolo, pemakanmanusia. LaluBatoro Guru berjanji akan memberi makan enak yaitumanusia yang dilahirkan dalam kondisi tertentu. Seperti kelahiran tanggal sekianyangmenurut perhitungan klenik (tathoyyur) akanmengalamisukerto alias penderitaan.Jugayang lahirdalamkeadaanontang-anting(tunggal), kembang sepasang (dua anak lelaki semua atau perempuan semua), sendang apit pancuran (pria, wanita, pria), pendowolimo (5anakpria semua). Dll. (Lihat AMSaefuddin,Ruwatandalam Perspektif Islam, Harian Terbit, Jum’at 11 Agustus 2000, hal 6).
Itulah orang-orang yang harus diruwat menurut kepercayaandari ceritawayang.Padahal, cerita wayang itu semodeljugadengan cerita tentang Pendeta Durno yang menyetubuhi kuda lantaslahirlah Aswotomo.Konon Durno diartikan mundur-mundur keno/kena,jadi dianaikkudabetinalantasmundur-mundurmakakenalah ke kemaluan kuda, akhirnyakuda itu melahirkan anak manusia. Hanya saja anakyang lahirdarikuda ini diceritakan tidak jadiraksasadantidak memakanmanusia. Jadi, nilai cerita ruwatan itu sebenarnyajuga hanyasepertinilai cerita yang dari segi mutunyasajasangat tidak bermutu, seperti anak lahir dari rahim kuda itu tadi.Upacararuwatan itu bermacam-macam. Ada yang denganmengubur seluruhtubuhorang/ anak yang diruwat kecualikepalanya,ada yang disembunyikan di tempat tertentu dsb.
AdapunRuwatanyangdilakukandidepanGedungBalairung UniversitasGajahMada Yogyakarta, Jum’at malam 18/82000itu dihadiriPresidenAbdurrahmanWahiddidampingi isterinyaNy Nuriyahdan putri sulungnya Alissa Qatrunnada Munawaroh.Selainitutampakhadir pula Kapolri Jenderal Rusdihardjo (belakangan, 3 bulan kemudian Rusdihardjo dipecat dari jabatannya sebagai Kapolri oleh Gus Dur, konon karena ada berita bocor yang menyebutkan hasil penyidikan kasus Bruneigate yang diduga menyangkut Presiden Gus Dur),RektorUGM Ichlasul Amal, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Sri Edi Swasono, danFrans Seda.
Ruwatan itu dilaksanakan terhadap 11 orangakademisi disebutruwatanbangsa,penyelenggaraannyadiketuaiMayjen (purnawirawan) Hariyadi Darmawan. Mereka yang diruwat ituadalah Prof.Sayogya,Prof Kunto Wibisono, DrHariadiDarmawan,Tjuk Sukiadi,ProfSri Edi Swasono, NyMubyarto,BambangIsmawan, NanikZaenudin,Ken Sularto, Amir Sidharta, danWirawanto.
Sebelas orangyangdiruwat itu bersarung putih.Kumisdanjenggotnya dicukurbersih,kemudian tubuhnya disiram denganairkembang. (lihat Rakyat Merdeka, 19/8 2000).
Sementara itu di luar Gedung UGM telah berlangsung demonstrasi mahasiswa yang menentang ruwatan tersebut.
ItulahacararuwatanuntukmenghindariBatoroKolodengan upacarasepertiitu dan wayangan. Biasanya wayanganituuntuk memuji-mujiBatoro Kolo, agar terhanyut dengan pujianitu,dan lupamemangsa.Di UGM itu wayangan dengan lakonMurwokolodan Sesaji Rojo Suryo oleh dalang Ki Timbul Hadiprayitno.

Kemusyrikan

Ruwatanituadayangmenyebutnyaadat,adapulayang menilainya sebagai kepercayaan. Islam memandang, adat itu ada dua macam,adatyangmubah (boleh) danadatyangharam.Sedang mengenai kepercayaan,itu sudah langsungharamapabilabukan termasuk dalam Islam.
Adat yang boleh contohnya blangkon (tutup kepala) untukorang Jawa.Itutidak dilarang dalam Islam.Tetapikemben,pakaian wanitayanghanya sampai dada bawah leher,ituharam,karena tidakmenutupaurat. Tetapi kalau dilengkapidengankerudung, menutupseluruh tubuh dan juga menutup rambut kepala, makatidakharam lagi, jadi boleh. Hanya saja namanya bukan kemben lagi tapi busana Muslimah atau jilbab, kalau jelas-jelas sudah menutup aurat secara Islam.

Adatyangboleh,seperti blangkon tersebutpun,kalaudisampingsebagaiadatmasih pula diyakinibahwaakanterkena bahayaapabilatidak memakai blangkon(yangkaitannyadengan kekuatanghaib)maka sudah menyangkutkeyakinan/kepercayaan, hinggahukumnya dilarang atau haram, karena tidak sesuaidengan Islam.Keyakinanyang dibolehkan hanyalah yangdiajarkanoleh Islam.

Demikian pula ruwatan, sekalipun ada yang mengatakan bahwa itu merupakanadat,namun karena menyangkuthalghaib,berkaitan dengannasib sial, bahaya dan sebagainya; makajelasmerupakan keyakinan batil, karena Islam tidak mengajarkan seperti itu.
Sedangkeyakinanadanya bala’akibatkondisidilahirkannya seseorang itupun sudah merupakan pelanggaran dalam hal keyakinan, yang dalam Islam terhitung syirik, menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sedang orangnya disebut musyrik, pelaku durhaka terbesar dosanya.Tidak adadalil yang menunjukkan benarnya keyakinan itu, namunjustru ada ketegasan bahwa meyakini nasib sial dengan alamat-alamatseperti ituadalahtermasuktathoyyur,yanghukumnyasyirik, menyekutukan Allah SWT; dosa terbesar.
TathoyyuratauThiyaroh adalah merasabernasibsial,atau meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang lainnya, atau apa saja.

AbuDawudmeriwayatkan hadits marfu’ dari IbnuMas’udra:

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْك،ٌ وَمَا مِنَّا إِلاَّ ، وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ

“At-thiyarotu syirkun, at-thiyarotu syirkun wamaa minnaa illa, walaakinnallooha yudzhibuhu bittawakkuli.”
Thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik, dan tiada seorangpun dariantara kita kecuali (telah terjadi dalam hatinyasesuatudari halini), hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkalkepada-Nya.”(Hadits Riwayat Abu Daud). Hadits ini diriwayatkan juga oleh At-Tirmidzi dengan dinyatakan shahih, dan kalimat terakhir tersebut dijadikannya sebagai ucapan dari Ibnu Mas’ud. (Lihat Kitab Tauhid oleh Syaikh Muhammad At-Tamimi, terjemahan Muhammad Yusuf Harun, cetakan I, 1416H/ 1995, halaman 150).

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ قَالَ « أَنْ يَقُولَ أَحَدُهُمْ اللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ ».

ImamAhmad meriwayatkan hadits dari Ibnu ‘Amr bahwa NabiShallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: “Barangsiapayang mengurungkan hajatnya karena thiyarah,makadiatelahberbuat syirik.” Para sahabat bertanya: ”Laluapakahsebagaitebusannya?”Beliau menjawab:”Supaya mengucapkan:

اللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ.

Allahumma laa khoiro illaa khoiruka walaa thoiro illaa thoiruka walaa ilaaha ghoiruka.
YaAllah,tiada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, tiada kesialan kecualikesialandariEngkau, dan tiada sembahan yang haqselainEngkau.”(H R Ahmad). (Syaikh Muhammad At-Tamimi, Kitab Tauhid, hal 151).Sedangkanmeminta perlindungan kepada Batoro Kolo agartidakdimangsadenganupacararuwatandanwayanganitutermasukkemusyrikan yang dilarang dalam Al-Qur’an:

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ(106)

”Danjanganlahkamu memohon kepada selain Allah, yangtidakdapatmemberi manfaat dan tidak pula mendatangkan bahaya kepadamu,jika kamuberbuat (hal itu), maka sesungguhnya kamu, dengan demikian,termasukorang-orang yang dhalim (musyrik).” (Yunus/ 10:106).

{ إنك إذاً من الظالمين } : أي إنك إذا دعوتها من المشركين الظالمين لأنفسهم .

“…maka sesungguhnya kamu, dengan demikian,termasukorang-orang yang dhalim (musyrik).”Artinya sesungguhnya kamu apabila mendoa kepada selain-Nya adalah termasuk orang-orang musyrik yang mendhalimi kepada diri-diri mereka sendiri. [1]

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ(107)

”Danjika Allah menimpakan kepadamu suatu bahaya, makatidakada yang dapat menghilangkannya selain Dia; sedang jika Allah menghendakiuntukmu sesuatu kebaikan, maka tidak ada yang dapat menolakkarunia- Nya…”( Yunus: 107).

Kesimpulan:

1.Ruwatan Mendatangkan Dosa Terbesar.
2.Ruwatanitu kepercayaan non Islam berlandaskan ceritawayang. Ruwatan artinya upacara membebaskan ancaman Batoro Kolo,raksasapemakanmanusia, anak Batoro Guru/ raja para dewa.BatoroKoloadalahraksasaburukjelmaandarispermaBatoroGuruyangbercecerandilaut,setelahgagalbersenggamadenganpermaisurinya,BatariUma,ketika bercumbudilangitsambilmenikmatiterang bulan.
Itulah kepercayaan musyrik/ menyekutukan Allah SWT yang berlandaskanceritawayangpenuh takhayyul, khurofat, dan tathoyyur (menganggap sesuatu sebagai alamat sial dsb). Upacara ruwatan itu bermacam-macam:
ada yang dengan mengubur sekujur tubuh selain kepala,
atau menyembunyikan anak/ orang yang diruwat,
ada yang dimandikan dengan air kembang dan sebagainya.
Biasanya ruwatan itu disertai sesaji dan wayangan untuk menghindarkan agar Betoro Kolo tidak memangsa.
3.Ruwatan itu dari segi keyakinannya termasuk tathoyyur, satu jenis kemusyrikan yang sangat dilarang Islam, dosa terbesar.Sedang dari segi upacaranya termasuk menyembah/ memohon perlindungan kepada selain Allah, yaitu ke Betoro Kolo, satu jenis upacara kemusyrikan, dosa terbesar pula.Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

“Thiyaroh (tathoyyur) adalah syirik/ menyekutukan Allah,thiyaroh adalah syirik, thiyaroh adalah syirik , (diucapkan) tiga kali. (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Ibnu Majah dari hadits Ibnu Mas’ud, dari Rasulullah saw).
4.Merasa sial karena sesuatu atau alamat-alamat yang dianggap mendatangkan sial, termasuk perbuatan kemusyrikan. Kata Nabi SAW:

مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ عَنْ حَاجَتِهِ فَقَدْ أَشْرَكَ قَالُوا : وَمَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ ؟ قَالَ : أَنْ يَقُولَ اللَّهُمَّ لَا خَيْرَ إلَّا خَيْرُك وَلَا طَيْرَ إلَّا طَيْرُك , وَلَا إلَهَ غَيْرُكَ(رواه ِأَحْمَدَ عن عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ. قال الشيخ الألباني : ( صحيح ) انظر حديث رقم : 6264 في صحيح الجامع)

“Barangsiapa yangtidak jadi melakukan keperluannya karena merasa sial, maka ia telah syirik.Maka para sahabat RA bertanya, Lalu bagaimana kafarat dari hal tersebut wahai Rasulullah? Maka jawab Nabi SAW, Katakanlah : Allahumma laa khairaillaa khairaka walaa thiyara illa thiyaraka walaa ilaha ghairaka.” Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikanMu, dan tidak ada kesialan kecuali kesialan (dari)Mu, dan tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain-Mu. (HR.Ahmad dari Abdullah bin Umar dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).
Allah SWT berfirman:

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ(106)

“Dan janganlah kamu memohon kepada selain Allah, yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak dapat pula mendatangkan bahaya kepadamu, jika kamu berbuat (hal itu), maka sesungguhnya kamu, dengan demikian, termasuk orang-orang yang dhalim (musyrik)”. (QS Yunus/ 10:106).
5.Sudah jelas, Al-Qur’an dan Al-Hadits sangat melarang kemusyrikan. Dan bahkan mengancam dengan adzab, baik di dunia maupun di akherat. namun kini kemusyrikan itu justru dinasionalkan. Maka perlu dibisikkan ke telinga-telinga mereka, bahwa sebenarnya lakon mereka tu menghadang/ menantang datangnya adzab dan murka Allah SWT, di dunia maupun di akherat.
Masyarakat pun sebenarnya sudah dijelaskan bahwa ruwatan itu adalah kemusyrikan, di antaranya ada media yang memuat wawancara sebagai berikut:
Ustadz H.Hartono Ahmad Jaiz:
RUWATAN ITU MUSYRIK
Fiqih Quran & Hadist Oleh : Redaksi 14 Aug, 06 – 5:39 pm
Bencana dan musibah yang bertubi-tubi datang merupakan adzab dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada bangsa Indonesia.Mengapa ini terjadi?Karena bangsa yang mayoritas muslim ini masih mempraktekkan kemusyrikan dalam kehidupan sehari-hari.
Bentuk kemusyrikan itu di antaranya adalah ruwatan, sedekah bumi, dan larung laut.
Semua ini merupakan bentuk kemusyrikan.
Berikut petikan wawancara Tabloid Jum’at dengan Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, seorang pengamat pemikiran Islam dan aliran sesat serta penulis buku produktif.:
Bagaimana pendapat Ustadz soal bencana dan musibah yang bertubi-tubi menimpa bangsa ini?
Pertama-tama yang harus diketahui, Allah Subhanahu wa Ta’ala itu tidak dzalim.Dan Dia tidak suka kepada kedzaliman.Kedzaliman yang paling tidak disukai dan tertinggi adalah kemusyrikan.
Ketika kita sudah tahu seperti itu, yang paling tidak disukai Allah adalah kemusyrikan, tetapi di balik itu Allah tidak dzali; ketika musibah bertubi-tubi menghampiri tanah air Indonesia berarti manusia ini yang dzalim.Kedzaliman yang paling puncak dan paling tidak disukai oleh Allah adalah kemusyrikan.
Nah, mari kita lihat apakah sebenarnya kemusyrikan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia itu.Sangat banyak.Kemusyrikan itu tidak mesti dilakukan oleh orang-orang kafir saja, tetapi juga dilakukan oleh orang Islam sendiri.Mereka menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapi juga meminta pertolongan kepada selain Allah.Ini bentuk kemusyrikannya.
Padahal kalau mereka tahu, kemusyrikan yang mereka lakukan itu sebenarnya bentuk kedzaliman yang paling tinggi dan besar serta sangat tidak disukai oleh Allah.
Kemusyrikan yang dilakukan manusia Indonesia dapat dilihat dengan gencarnya otonomi daerah, pemerintah daerah melalui dinas pariwisata menghidupkan kembali bentuk kemusyrikan yang sebenarnya oleh para ulama sudah diredam.

Seperti apa bentuk kemusyrikan itu?

Misalnya, kemusyrikan yang sudah diredam itu adalah ruwatan.Sebelum tahun 1990- an, kegiatan ruwatan jarang sekali terdengar dan sudah terkubur.Tetapi sejak tahun 2000, terutama pada saat pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, acara ruwatan muncul kembali.Konon menurut informasi yang beredar, Gus Dur pun diruwat oleh seorang paranormal bernama Romo.Bahkan di universitas ternama, seperti Universitas Gajah Mada pun melakukan ritual ruwat yang diberi nama Ruwatan Bangsa.
Hadir dalam acara ritual tersebut Presiden Gus Dur, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Rektor UGM Ichlasul Amal dengan tontonan wayang kulit berlakon Murwokolo dan Sesaji Rojo Suryo oleh Dalang Ki Timbul Hadiprayitno di Balairung UGM, Jum’at malam 18 Agustus 2000.
Di situ berarti, kemusyrikan yang sudah terpendam itu dihidupkan kembali.
Ruwatan itu sebenarnya salah satu bentuk kemusyrikan.Sebab dalam ruwatan tersebut terdapat bentuk perdukunan, klenik, takhayyul, bid’ah, khurafat dan keyakinan- keyakinan sesat lainnya.
Sejak itu dilakukan, maka ruwatan kembali semarak dan dihidup-hidupkan secara nasional.Bahkan saat ini acara semacam itu didukung oleh berbagai instansi pemerintah.Kalau mau tahu lebih banyak bukalah situs-situs di internet.Di sana terlihat beberapa instansi pemerintah mengadakan berbagai ruwatan.
Dengan adanya otonomi daerah maka bermunculan berbagai bentuk kemusyrikan yang dikemas dengan unsur pariwiasata dan budaya.
Selain ruwatan, bentuk kemusyrikan lainnya adalah upacara larung laut.Kegiatan seperti itu sama seperti ruwatan, penuh dengan kemusyrikan.Bahkan pada bulan Juli
2004 lalu di Bantul (selatan Jogjakarta) acara larung laut juga dilakukan oleh para anggota DPRD Bantul hasil pemilu 2004.Sebagai bentuk syukur mereka mengadakan upacara larung laut yang diberi nama dengan Larung Buto ke Laut Kidul.Upacara yang penuh dengan kemusyrikan itu juga diikuti oleh beberapa partai Islam.Mereka menganggap bahwa kesialan harus dibuang ke laut dan meminta berkah kepada Nyai Roro Kidul.
Apa yang dilakukan oleh para anggota dewan itu jelas bentuk kemusyrikan.Bila hal seperti ini terus dilakukan dan dihidupkan kembali, maka tidak mustahil Allah murka dengan berbagai bencana dan musibah atas bangsa ini.
Bentuk kemusyrikan lainnya adalah upacara sedekah bumi yang marak dilakukan di berbagai pelosok desa.Dalam upacara itu juga digelar [b]sesaji untuk arwah leluhur.Ini jelas-jelas bentuk kemusyrikan.
Di samping itu juga marak praktek-prektek perdukunan.Masyarakat negeri ini memang mayoritas Muslim, tapi ada sebagian dari mereka yang senang mengikuti perintah yang diberikan oleh dukun-dukun.Padahal mereka itu muslim, tetapi meminta sesuatu itu melalui dukun bukan langsung kepada Allah.Perdukunan itu juga termasuk bentuk kemusyrikan.

Jadi bencana dan musibah ini adzab Allah?

Ya.Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan azab kepada kaum yang tidak mengikuti ajaran yang dibawa para Nabi dan Rasul Allah.
Ada yang diazab dengan hujan batu, banjir, gempa dan aneka macam azab lainnya.
Bahkan Bani Israel pun dirubah menjadi monyet dan babi karena mereka melanggar perintah Allah yang disampaikan oleh Nabi Musa Alaihis Salam.
Jadi, musibah dan bencana akhir-akhir ini terjadi merupakan azab dari Allah kepada bangsa ini.Sebab saya melihat banyak masyarakat, terutama umat Islam percaya kepada dukun-dukun, klenik dan jimat-jimat.Bahkan ramai-ramai membesar-besarkan acara ruwatan yang jelas-jelas sangat penuh dengan kemusyrikan.

Ruwatan itu kan sebenarnya upacara adat.Bagaimana tanggapan Ustadz?

Ruwatan itu sebenarnya kepercayaan non-Islam yang berlandaskan cerita wayang.
Ruwatan artinya upacara membebaskan ancaman Batoro Kolo—raksasa pemakan manusia, anak Batoro Guru atau raja para dewa.Batoro Kolo adalah raksasa buruk rupa jelmaan dari sperma Batoro Guru yang berceceran di laut setelah gagal bersenggama dengan permaisurinya, Batari Uma, ketika bercumbu di langit sambil menikmati terang bulan.Makanan Batoro Kolo adalah manusia yang dilahirkan dalam kondisi tertentu, seperti kelahiran yang menurut perhitungan klenik akan mengalami menderita (sukerto), juga yang lahir dalam keadaan tunggal (ontang-anting), kembang sepasang (kembar), sendang apit pancuran (laki, perempuan, laki) dan lain-lain.
Itu kepercayaan musyrik, menyekutukan Allah yang berlandaskan cerita wayang penuh takhayyul, khurofat dan tathoyyur atau menganggap sesuatu sebagai alamat sial dan sebagainya.Biasanya ruwatan disertai dengan sesaji dan wayangan untuk menghindarkan diri agar Botor Kolo tidak memangsa.

Apa yang harus dilakukan umat agar bencana ini tidak terus terjadi?

Hal pertama yang dilakukan adalah menyadarkan umat Islam bahwa bencana dan musibah ini benar-benar azab dari Allah atas maraknya kemusyrikan dan kemaksiatan di tengah-tengah kehidupan mereka.Itu yang harus dilakukan dahulu.Setelah itu, umat harus melakukan tobat nasuha, tobat yang sebenar-benarnya tobat.Masyarakat harus meninggalkan segera hal-hal yang berbau musyrik.Sebab kemusyrikan itu merupakan puncak dari kedzaliman.
Kemudian para ulama harus berani bicara bahwa bencana yang bertubi-tubi ini merupakan adzab dari Allah kepada manusia.Sayangnya para ulama tidak ada yang berani bicara, padahal ayatnya sangat banyak dalam Al-Qur’an.
Para ulama juga harus berani menegur umat dan pemerintah.Sebab pemerintah secara khusus memberikan lampu hijau maraknya kemaksiatan yang ada dalam kehidupan masyarakat.Bahkan pemerintah lewat Dinas Pariwisata dibantu dengan media massa membesar-besarkan upacara adat yang jelas-jelas penuh dengan kemusyrikan.( maulana, Tabloid Jum’at, Dewan Masjid Indonesia, Jakarta, No.743 Thn XVII, 9 Rajab/ 4 Agustus 2006, halaman 5)/ sm.
(haji)
(nahimunkar.com)

Komentar

dakwatuna.com

Postingan Populer