PELANGI KEHIDUPAN BMI HONG KONG



sumber www.wikiwand.com


Hong Kong, negeri bekas koloni Inggris yang menjadi salah satu tujuan ribuan Buruh Migrant Indonesia (BMI) mencari penghidupan. Ada banyak cerita ditorehkan, suka-duka, tawa dan tangisan, senyum dan air mata. Selama ini kita sering mendengar kisah kelam tentang kehidupan saudara-saudara kita di Hong Kong. Kematian dua BMI yang dimutilasi, kisah pilu Erwiana yang disiksa majikannya dan cerita cinta sepasang sejoli BMI perempuan yang memprihatinkan. Tetapi di balik itu, ada juga banyak kisah tentang kesuksesan, perjuangan, kerja keras, kesetiaan, kesabaran  dan harapan indah akan masa depan, laiknya sebuah pelangi yang bersinar di sela-sela rintiknya hujan. Indah sekali.

Saya mengenal Mbak Laras (bukan nama sebenarnya) hampir enam tahun lamanya. Tapi saya tidak pernah bertatap muka dengannya. Komunikasi kami terhubung lewat telepon dengan no +852********, nettalk dan Whattsap setiap harinya. Mbak Laras (42 tahun) berasal dari Ponorogo. Pendidikan formalnya adalah lulusan SMEA. Mbak Laras telah mengadu nasib di Hong Kong selama sembilan tahun. Ia tinggalkan anak dan suaminya dengan satu harapan yang mulia, mengubah kehidupan menjadi lebih baik.

Meninggalkan tanah air dan hangatnya kehidupan keluarga, bukanlah perkara mudah. Kehidupan megapolitan Hong Kong yang gemerlap dan kebebasannya yang di luar batas, menjadi tantangan tersendiri dalam menggapai cita-cita. Butuh pengendalian diri, kekuatan memegang prinsip, memilih pergaulan yang tepat dan kesetiaan yang tak tergoyahkan oleh jarak dan waktu, untuk bisa survive di negara yang terkenal sebagai salah satu surga belanja dunia.
Hong Kong dan kesibukannya

Di Hong Kong, Mbak Laras tinggal di daerah To Kwa Wan, Kowloon. Ia mengawali harinya setiap pagi tepat pukul 05.00 waktu Hong Kong (pukul 04.00 WIB). Aktifitas pertamanya adalah membersihkan diri dan bersiap menjalankan shalat subuh, satu rangkaian ibadah yang amat mudah ditinggalkan para BMI begitu menginjakkan kaki di negeri tidak bertuhan tersebut.
“Apapun kondisinya, saya berusaha untuk tidak meninggalkan shalat, dan beruntungnya majikan tidak melarang saya dalam menjalankannya.” terang Mbak Laras.
 
salah satu flat di Hong Kong
Kamar Mbak Laras

Mandi pagi bagi sebagian BMI bisa saja menjadi kebiasaan yang tidak dilakukan di Hong Kong, mereka hanya menggosok gigi, dan membersihkan diri secukupnya. Tidak mandi pagi bagi banyak orang Hong Kong seakan sudah menjadi kebiasaan. Hal ini disebabkan karena harga air yang sangat mahal di sana. Tagihan rekening air untuk dua orang selama dua bulan berkisar antara 500 -1000 Dolar Hong Kong (kurs Rp. 1600, sekitar Rp. 800.000 – Rp. 1.600.000).

Menyiapkan sarapan pagi untuk kedua majikan dan anak lelaki mereka satu-satunya yang berusia 15 tahun menjadi kegiatan rutin setelah itu. Menu hariannya adalah segelas susu dan sepotong roti/sandwich. Majikan laki-laki Mbak Laras bekerja di agen property, sedangkan sang istri beraktifitas di perusahaan travel. Keluarga sang majikan sangat toleran dan memperlakukan asisten rumah tangganya dengan baik.

Berbelanja keperluan ke pasar menjadi rutinitas selanjutnya. Ada list belanja yang harus disiapkan dan disesuaikan dengan menu masakan hari itu. Besarnya belanja disesuaikan dengan kemampuan tiap keluarga majikan. Bagi yang mampu, menghabiskan 100 - 150 $ HKD perhari sudah termasuk angka minimum. Menu wajib bagi keluarga majikan Mbak Laras setiap harinya adalah tersedianya sup. Bisa sup dari daging babi, daging sapi dan ayam juga olahan ikan segar. Dengan bijak Mbak Laras minta dispensasi ke majikan untuk menghidangkan sup daging babi seminggu dua kali saja, adapun hari lainnya adalah kombinasi dari sup daging sapi dan ayam. Majikan menyetujuinya dan tetap memberi ruang untuk Mbak Laras berkreasi dalam menu masakan setiap harinya.
 
Daftar Belanjaan, sumber : dokumen pribadi
Pedagang Kaki Lima Ala Hong Kong, sumber : dokumen pribadi
Pasar Sayur dan Buah, sumber : dokumen pribadi
Pasar Ikan, sumber : dokumen pribadi
Daging babi tetap menjadi satu masalah besar bagi Mbak Laras. Dari awal majikannya tahu kalau perempuan berhijab itu pantang mengkonsumsinya. Untuk peralatan makan pribadinya disendirikan, tidak bercampur dengan yang lain. Sekalipun begitu Mbak Laras sadar, tidak ada kondisi seratus persen di Hong Kong yang bebas dari najis baik kecil maupun besar, dibandingkan negeri yang berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia. Tetapi itulah tantangannya, bagaimana kita tetap istikomah ditengah kondisi tersebut tanpa meninggalkan kewajiban dan tetap beribadah. Untuk mengantisipasinya sewaktu mandi Mbak Laras menggunakan sabun khusus yang berbahan lumpur, demi menjaga ketenangan hati dalam menjalankan ibadah hariannya.
 
sumber : dokumen pribadi
Dalam keseharian di rumah, Mbak Laras tetap bebas berhijab, tanpa ada larangan dari sang majikan. Anak majikan yang berusia remaja pun menghormati laiknya ibu kandungnya, karena dari kecil dalam asuhan Mbak Laras. Kekhawatiran adanya pelecehan seksual seperti yang biasa terjadi sebenarnya ada. Tapi semuanya tetap ia pasrahkan pada kekuasaan Allah. Perempuan mungil ini berprinsip dimanapun berada harus selalu menyandarkan diri pada-Nya, selalu berusaha berbuat kebaikan, maka akan selalu dijumpai kebaikan dalam bentuk lain. Ia Pasrahkan hidupnya dalam genggaman-Nya dan yakin akan jaminan keamanan dari Rabbnya.

Warga Hong Kong lebih memercayakan pengasuhan buah hatinya ke asisten rumah tangga yang berasal dari Indonesia, mereka menghindari tenaga kerja asal Filipina. Pertimbangan utamanya karena BMI Indonesia lebih sabar, mampu menjaga dan merawat anak-anak dengan penuh kelembutan. Alasan lainnya BMI kita jarang complain, dan sering menghindari keributan.

Meninggalkan suami dan anak lelaki semata wayang yang berusia 7 tahun waktu itu, tentu menjadi beban tersendiri bagi Mbak Laras. Masa awal meninggalkan buah hati dalam usia dini sering membuat tangis dan kesedihan yang berulang. Rasa itu sangat terasa di penampungan. Jauh dari keluarga, tinggal sendiri di negeri orang dengan gambaran kelam yang selalu menjadi buah bibir juga menciutkan hatinya. Beruntung ia memiliki suami dan keluarga besar yang sangat mendukung langkahnya, memberi support dan memiliki komitmen yang sama.

Saat ini, kemajuan teknologi sangat membantunya dalam berkomunikasi, telepon ke kampung halaman bisa dilakukan setiap saat. Perkembangan buah hati masih tetap bisa dipantau sekalipun tidak berada disisinya selama 24 jam. Peran orang tuanya juga tidak kecil, mengasuh dan memperhatikan tumbuh kembang cucu menggantikan peran ibu kandungnya. Setiap dua tahun sekali, dalam masa cuti, Mbak Laras baru bisa bersua dengan keluarga. Waktu singkat selama dua minggu itu ia manfaatkan untuk berkumpul dengan anak suami dan orang tua.

Ada satu hal yang sangat ia syukuri, dalam usaha memperbaiki ekonomi keluarga, sang suami juga berperan serta. Sebagai petani sawah dan buah melon, ketekunan dan keuletan serta kesetiaannya juga perlu mendapat acungan jempol. Sang suami tahu menempatkan diri, masih berperan sebagai kepala keluarga, dan tidak bertindak seenaknya seperti yang digambarkan dalam unggahan video oleh beberapa BMI Hong Kong di you tube beberapa waktu lalu yang terkenal dengan “Rumangsamu Penak”. Permasalahan keluarga tetap didiskusikan dan dicari solusi terbaik bersama istri, sekalipun terpisah jarak ribuan kilometer.

Perubahan ekonomi dan materi selama bekerja di luar negeri, juga tampak signifikan. Rumah keluarga telah berubah dari aslinya. Investasi tanah dan property, perhiasan dan hewan ternak sudah mencukupi. Saat ini selain menjadi petani, sang suami juga membuka usaha penyewaan mobil, dan usaha kos-kosan.
Istana Mbak Laras di Indonesia, sumber : dokumen pribadi
Kebun Melon, sumber : dokumen pribadi
PANEN MELON, sumber : dokumen pribadi

Waktu libur hari Minggu atau hari khusus bagi BMI Hong Kong banyak dihabiskan dengan berkumpul bersama teman-teman. Tapi tidak dengan perempuan satu ini. Setiap Ahad pagi, ia bergegas pergi Masjid Ammar and Osman Ramju Sadick Islamic Centre, Wan Chai untuk menghadiri pengajian rutin atau kegiatan keagamaan lainnya. Banyak juga BMI Hong Kong yang hadir. Mereka mendapat pelatihan-pelatihan, pengembangan diri, motivasi dan keterampilan untuk mempersiapkan diri pasca berhenti sebagai BMI. Bertemu dan bersosialisasi dengan rekan sedaerah atau lainnya tetap dilakukan, tetapi tetap dengan memperhatikan adab dan perilaku dari yang bersangkutan. Mbak Laras sadar, banyak teman-teman BMI yang meniru kebiasaan dan perilaku orang Hong Kong asli dalam mengekspresikan kebebasan yang berbeda jauh dengan budaya asli Indonesia.
Masjid Ammar, Wan Chai, sumber: dokumen pribadi

Mengatur keuangan secara ketat dan menghidari pemborosan juga menjadi perhatian serius dari perempuan ayu ini. Fakta yang terjadi di kalangan BMI Hong Kong menjadi pelajaran berharga baginya. Jeratan hutang bank hingga mengakibatkan terminate sangat ia hindari. Kebanyakan BMI Hong Kong yang terseret kasus bank ini adalah dengan berhutang di bank yang tidak sesuai dengan kemampuan untuk membayarnya, juga mudah percayanya seorang BMI menjadi saksi atas pengambilan hutang temannya. Begitu tidak bayar, akhirnya pihak bank melakukan penagihan dengan mengkonfirmasi pihak majikan yang bersangkutan. Kejadian ini berpotensi besar pada kemarahan majikan, dan akhirnya banyak BMI Hong Kong yang di terminate (pemutusan hubungan kerja dari pihak majikan).

Harga makanan Indonesia di Hong Kong, sumber : dokumen pribadi
  
Mbak Laras punya kesadaran yang tinggi bahwa ia tidak selamanya akan mengadu nasib di Hong Kong. Ini pun didasarkan pada beberapa pertimbangan dan fakta perubahan yang terjadi dalam kehidupan keluarganya. Ia tetap punya target, berapa tahun ke depan tetap mengais Dolar Hong Kong, dan untuk selanjutnya pulang ke Indonesia selamanya.
“Target saya untuk pulang adalah setelah anak saya selesai kuliah, dan semoga rencana ini dijabah Allah, karena saya sadar sebagai manusia boleh berencana, tapi kondisi akhir saya tetap yakin pada keputusan Allah.” Demikian penjelasan Mbak Laras.

Aktifitas di sore hingga malam hari adalah menyiapkan menu makan malam. Di Hong Kong ada kebiasaan positif diantara majikan dan asisten rumah tangganya. Kalau makan malam mereka biasanya makan bersama, dalam waktu yang sama dan di meja makan yang sama. Mbak Laras memasak sekitar pukul 18.00 hingga 19.00, dilanjut makan malam. Setelah itu beres-beres, dan mandi malam. Orang Hong Kong biasa hanya mandi malam sebelum tidur.

Di atas pukul sembilan malam adalah momen “me time” bagi Mbak Laras. Kebiasaan yang dilakukan adalah  shalat Isya dan tilawah Quran, membaca koran bahasa Indonesia serta kegiatan lainnya. Maksimal pukul sebelas malam, semua aktifitas berakhir. (http://www.sulistyoriniberbagi.com/2015/04/pelangi-kehidupan-bmi-hong-kong.html)

Komentar

  1. Blog yang bagus... semoga blognya terus berkembang... Saya ingin berbagi article tentang Kuil Kinkaju di http://stenote-berkata.blogspot.com/2018/04/kyoto-di-kuil-kinkaku-ji.html
    Lihat juga video di youtube https://youtu.be/DSRNjQ16EbQ

    BalasHapus

Posting Komentar

dakwatuna.com

Postingan Populer