Jer Basuki Mowo Beo
Bagi orang yang tidak mengerti bahasa Jawa, khususnya bahasa Jawa kuno, pasti merasa asing dengan pepatah Jawa yang berbunyi "Jer Basuki Mowo Beo". Pepatah itu mengandung arti yang sangat indah, yakni untuk mencapai keberhasilan diperlukan biaya atau pengorbanan. Pepatah tersebut telah dikenal beberapa ratus tahun yang lalu, namun artinya tidak pernah usang dan selalu sesuai dengan keadaan kehidupan manusia dewasa ini. Setiap orang, khususnya masyarkat Jawa, tak dapat menyangkal kebenaran arti pepatah itu.
Banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari yang membuktikan kebenaran pepatah tersebut. Bila seseorang ingin meraih cita-citanya untuk menjadi seorang dokter, maka dia harus giat dan tekun, dan ini tentunya harus didukung oleh biaya yang cukup. Untuk itu, mereka berani mengorbankan waktu, mengorbankan kesenangan untuk tidak berhura-hura, mengorbankan tenaga dan bertekun dalam setiap pelajaran. Pada akhirnya, sederet pengorbanan itu akan membuahkan keberhasilan bagi dirinya.
Seorang karyawan di sebuah perusahaan harus bekerja selama 25 tahun baru bisa mencapai posisi sebagai direktur keuangan. Keberhasilan yang dinikmatinya itu tak terlepas dari jerih payah selama mengabdi di perusahaan tersebut. Pada awal masuk perusahaan itu ia hanyalah seorang kurir untuk mengantar surat, mengambil dan menyetor uang ke bank. Namun, kejujuran, kesetiaan dan disiplin yang selalu dilakukannya kepada perusahaan tersebut menjadi modal utama baginya untuk dapat meningkatkan jenjang karirnya. Perusahaan tidak menutup mata atas prestasi yang ditunjukkan oleh karyawannya. Peningkatan demi peningkatan karir dari tahun ke tahun semakin nyata. Keberhasilan yang diraih tak terlepas dari pengorbanan sepanjang perjalanan hidupnya.
Suatu pengorbanan akan membuahkan keberhasilan. Hal itu dapat pula kita lihat dari pepatah di bawah ini :
Pepatah tersebut mengandung arti agar berani berkorban, siap untuk merasakan kepahitan hidup, karena pengorbanan yang dilakukannya akan membuahkan hasil yang akan membahagiakan dirinya. Pepatah itu sangat cocok untuk dihayati dan diterapkan, khususnya oleh para pemuda dan remaja, agar dirinya tidak memburu kesenangan semata, berfoya- foya untuk hal- hal yang tidak berguna dan tanpa tujuan, pemborosan dan hura- hura yang tidak bermanfaat. Orang yang biasa hidup dalam kesenangan dan kehingar- bingaran akan merasa berat apabila menghadapi kepahitan hidup, karena mental yamg terbentuk bukan mental yang tahan uji tetapi mental yang mudah menyerah.
Kepahitan hidup, bersakit- sakit dahulu, pengorbanan, semuanya itu bertujuan untuk melatih rasa prihatin dan pembentukan mental yang kuat. Hal itu tidak berarti bahwa sepanjang hidupnya seseorang harus mengalami kepahitan maupun kesakitan, tetapi yang utama adalah rela meninggalkan kesenangan demi tercapainya tujuan yang hendak diraih. Kehidupan pemuda yang hanyut dalam pergaulan yang kurang bertanggung jawab, akan melupakan falsafahnya semula, karena mengutamakan kesenangan diri tanpa memikirkan masa depannya.
Jer basuki mowo beo, sebenarnya hanya dua kata yang menjadi arti pokok dari pepatah itu, yaitu basuki dan beo. Basuki adalah keberhasilan dan kesenangan, sedangkan beo adalah biaya dan pengorbanan. Inging berhasil memerlukan biaya dan pengorbanan. Tetapi, setiap biaya dan pengorbanan yang tidak bertujuan, yang hanya menjurus kepada kesenangan duniawi merupakan pengorbanan yang sia-sia. Orang rela mengeluarkan banyak uang untuk berfoya-foya, memberikan waktunya berjam-jam untuk suatu hiburan yang berdampak negatif, bercerita dan bercengkerama yang tidak jelas arah dan tujuannya. Pengorbanan sedemikian akan hilang dalam sekejap dan kesenangan yang diperolehnya hanya sesaat.
Banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari yang membuktikan kebenaran pepatah tersebut. Bila seseorang ingin meraih cita-citanya untuk menjadi seorang dokter, maka dia harus giat dan tekun, dan ini tentunya harus didukung oleh biaya yang cukup. Untuk itu, mereka berani mengorbankan waktu, mengorbankan kesenangan untuk tidak berhura-hura, mengorbankan tenaga dan bertekun dalam setiap pelajaran. Pada akhirnya, sederet pengorbanan itu akan membuahkan keberhasilan bagi dirinya.
Seorang karyawan di sebuah perusahaan harus bekerja selama 25 tahun baru bisa mencapai posisi sebagai direktur keuangan. Keberhasilan yang dinikmatinya itu tak terlepas dari jerih payah selama mengabdi di perusahaan tersebut. Pada awal masuk perusahaan itu ia hanyalah seorang kurir untuk mengantar surat, mengambil dan menyetor uang ke bank. Namun, kejujuran, kesetiaan dan disiplin yang selalu dilakukannya kepada perusahaan tersebut menjadi modal utama baginya untuk dapat meningkatkan jenjang karirnya. Perusahaan tidak menutup mata atas prestasi yang ditunjukkan oleh karyawannya. Peningkatan demi peningkatan karir dari tahun ke tahun semakin nyata. Keberhasilan yang diraih tak terlepas dari pengorbanan sepanjang perjalanan hidupnya.
Suatu pengorbanan akan membuahkan keberhasilan. Hal itu dapat pula kita lihat dari pepatah di bawah ini :
Berakit- rakit ke hulu, berenang- renang ke tepian.
Bersakit- sakit dahulu, bersenang- senang kemudian.
Bersakit- sakit dahulu, bersenang- senang kemudian.
Pepatah tersebut mengandung arti agar berani berkorban, siap untuk merasakan kepahitan hidup, karena pengorbanan yang dilakukannya akan membuahkan hasil yang akan membahagiakan dirinya. Pepatah itu sangat cocok untuk dihayati dan diterapkan, khususnya oleh para pemuda dan remaja, agar dirinya tidak memburu kesenangan semata, berfoya- foya untuk hal- hal yang tidak berguna dan tanpa tujuan, pemborosan dan hura- hura yang tidak bermanfaat. Orang yang biasa hidup dalam kesenangan dan kehingar- bingaran akan merasa berat apabila menghadapi kepahitan hidup, karena mental yamg terbentuk bukan mental yang tahan uji tetapi mental yang mudah menyerah.
Kepahitan hidup, bersakit- sakit dahulu, pengorbanan, semuanya itu bertujuan untuk melatih rasa prihatin dan pembentukan mental yang kuat. Hal itu tidak berarti bahwa sepanjang hidupnya seseorang harus mengalami kepahitan maupun kesakitan, tetapi yang utama adalah rela meninggalkan kesenangan demi tercapainya tujuan yang hendak diraih. Kehidupan pemuda yang hanyut dalam pergaulan yang kurang bertanggung jawab, akan melupakan falsafahnya semula, karena mengutamakan kesenangan diri tanpa memikirkan masa depannya.
Jer basuki mowo beo, sebenarnya hanya dua kata yang menjadi arti pokok dari pepatah itu, yaitu basuki dan beo. Basuki adalah keberhasilan dan kesenangan, sedangkan beo adalah biaya dan pengorbanan. Inging berhasil memerlukan biaya dan pengorbanan. Tetapi, setiap biaya dan pengorbanan yang tidak bertujuan, yang hanya menjurus kepada kesenangan duniawi merupakan pengorbanan yang sia-sia. Orang rela mengeluarkan banyak uang untuk berfoya-foya, memberikan waktunya berjam-jam untuk suatu hiburan yang berdampak negatif, bercerita dan bercengkerama yang tidak jelas arah dan tujuannya. Pengorbanan sedemikian akan hilang dalam sekejap dan kesenangan yang diperolehnya hanya sesaat.
Komentar
Posting Komentar