Seni Tayub Itu Khas Nganjuk, Jangan Kalah dengan Budaya Luar



nganjuk
Tari Tayub Nganjuk saat dipentaskan di Gedung Kesenian Jatim. Foto insert : Sekretaris Disbudpar Nganjuk Gondo Hariyono (matakamera.net/istimewa) 
matakamera, Nganjuk – Kabupaten Nganjuk memiliki banyak kesenian tradisional. Secara turun-temurun, produk-produk warisan leluhur itu telah melekat dan menjadi identitas masyarakatnya yang bercorak Jawa-agraris.

Salah satu contoh kesenian tradisional Nganjuk adalah tari tayub. Seni ini begitu dikenal di seluruh pelosok desa. Sampai-sampai, setiap tahun digelar ritual rutin wisuda waranggono (calon penari tayub wanita) yang biasa disebut Gembyangan Waranggana. Prosesi upacaranya selalu digelar di Dusun Ngrajek, Desa Sambirejo, Kecamatan Tanjunganom.

Tayub sendiri adalah bentuk tarian yang dilakukan oleh para penari secara bersama-sama, dengan iringan gending yang juga melibatkan penonton di dalamnya. Pada mulanya, tarian ini dimaksudkan untuk menyambut kedatangan tamu penting atau pemimpin yang dihormati oleh masyarakat setempat.  Penari menyerahkan sebuah sampur atau selendang di leher tamu, untuk kemudian ikut menari dalam iringan gending.

Pemerintah setempat melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar)-nya juga berupaya secara terus-menerus menghidupkan warisan budaya leluhur tersebut. Yakni, dengan menggelar festival tayub tahunan. Yang terbaru, festivalnya digelar di Kecamatan Ngluyu pada pertengahan 2016 lalu. Meskipun pesertanya belum mewakili seluruh desa dan kecamatan, namun setidaknya bisa mewadahi para penggiat dan penikmat seni tayub di Kota Angin. “Memang masih terbatas, ke depan kita upayakan untuk bisa digelar lebih luas lagi,” ujar Gondo Hariyono, Sekretaris Disbudpar Nganjuk yang menghadiri festivalnya saat itu.

Gondo menyadari, tantangan terberat seni tradisional saat ini adalah gempuran budaya asing dan seni modern. Terlebih, untuk mewariskannya kepada generasi muda yang sudah banyak terpapar informasi budaya dan teknologi dari luar.

Karena itu, saat ini pihaknya berencana menggelar festival serupa dengan level peserta dan gaung yang lebih besar. “Yang bisa diikuti seluruh kecamatan di Kabupaten Nganjuk,” ujar Gondo. Selain itu, jika memungkinkan, Disbudpar Nganjuk juga akan menggelar festival tayub untuk para pelajar. “Sehingga seni tayub benar-benar bisa memasyakarat lagi, dan tidak kalah tergerus budaya asing,” pungkasnya.(ab)
(Panji Lanang Satriadin)

Komentar

dakwatuna.com

Postingan Populer