ludruk, teater tradisional Jawa Timur
Sejarah dan Cikal Bakal Ludruk
Ludruk merupakan kesenian khas Jawa Timur, sebuah teater rakyat yang berkembang dari bentuk-bentuk kesenian jalanan atau mbarang (ngamen). Ludruk berangkat dari sebuah kesenian sederhana bernama Lerok yang dimainkan dari rumah ke rumah dan hanya diperankan oleh seorang saja. Konsepnya hampir sama seperti Kentrung dimana seorang seniman (Dhalang) membawakan cerita-cerita tertentu dan diiringi oleh tabuhan sederhana. Bedanya Lerok membawakan cerita-cerita humor yang tidak berpakem dan sesuai pengalaman dan suasana hati sang Dhalang dan biasanya dalam pementasan terdiri lebih dari satu orang. Yang kesemuanya laki-laki. Dinamakan Lerok karena dandanan mereka dalam pementasan memakai dandanan tebal yang dalam bahasa Jawa disebut lerok-lerok (dandanan tebal mencolok) Setelah Lerok, kemudian berkembang kesenian Besutan yang berasal dari Jombang yang merupakan cikal bakal utama dari kesenian Ludruk. Menurut Bapak Hartatok, seorang pemerhati seni Ludruk, Besutan diciptakan oleh seorang seniaman Jombang bernama SumoGambar. Seni Besutan ini sempat terkenal sampai akhir tahun 1940-an dimana pada saat itu Besutan menjadi kesenian yang sering ditampilkan dalam berbagai acara dan kesempatan.
Konsep kesenian Besutan ini sendiri ialah suatu bentuk teater sederhana, dimana tokoh utamanya ialah seorang pria bernama Besut, digambarkan sebagai pria setengah baya yang memakai pakaian jubah putih dan peci khas Arab, mempunyai seorang paman bernama man Jamino. Pertunjukkan Besutan diawali dengan monolog oleh sang Besut, yang isisnya bisa berupa kidungan yang berisi do’a keselamatan dan ucapan selamat datang bagi yang menonton, kemudian tokoh besut ini memanggil pamannya dengan panggilan yang khas dan saling bersahut-sahutan. Pada perkembangannya kemudian pada pertunjukkan Besutan bertambah lagi satu tokoh yakni tokoh istri Besut yang bernama Rusmini, yang juga diperankan oleh laki-laki yang berdandan perempuan.
Konsep kesenian Besutan ini sendiri ialah suatu bentuk teater sederhana, dimana tokoh utamanya ialah seorang pria bernama Besut, digambarkan sebagai pria setengah baya yang memakai pakaian jubah putih dan peci khas Arab, mempunyai seorang paman bernama man Jamino. Pertunjukkan Besutan diawali dengan monolog oleh sang Besut, yang isisnya bisa berupa kidungan yang berisi do’a keselamatan dan ucapan selamat datang bagi yang menonton, kemudian tokoh besut ini memanggil pamannya dengan panggilan yang khas dan saling bersahut-sahutan. Pada perkembangannya kemudian pada pertunjukkan Besutan bertambah lagi satu tokoh yakni tokoh istri Besut yang bernama Rusmini, yang juga diperankan oleh laki-laki yang berdandan perempuan.
Lama-kelamaan karena masyarakat menginginkan bemtuk kesenian yang lebih kompleks, muncullah apa yang dinamakan Ludruk Bandan atau lerok besutan yang sudah sangat mirip dengan Ludruk yang kita kenal saat ini, meskipun masih dalam bentuk yang sangat sederhana dan belum mempunyai pakem seperti sekarang ini.
Apa itu Ludruk ?
Ludruk adalah sebuah pertunjukkan seni teater rakyat khas Jawa Timur, yang memadukan seni musik, tari dan seni peran didalamnya. Ludruk selalu diawali dengan pertunjukan tari ngremo, sebuah tari spesifik Jawa Timur, kemudian dilanjutkan dengan bedhayan, dagelan (lawakan) dan dipungkasi dengan cerita. Itulah pakem Ludruk konvensional yang tetap dipertahankan sampai sekarang. Meskipun saat ini banyak ludruk yang sudah menambahkan unsur-unsur modern dalam perkembangannya, namun kebanyakan tetap mempertahankan keempat elemen dasar yang sudah ada sejak dulu.
Iringan musik yang digunakan dalam pertunjukkan ludruk adalah gamelan Jawa berlaras (nada) pelog-slendro atau slendro saja. Sedangkan gendhing yang khas dalam mengiringi sebagian besar alur pertunjukkan ludruk ialah gendhing Jula-juli yang khas Jawa Timur.
Gendhing Jula-juli digunakan untuk mengiringi kidungan tari ngremo, kidungan dalam acara bedhayan, dan kidungan dagelan, serta menjadi musik latar dalam cerita ludruk. Gendhing julla-juli sangat fleksibel sehingga bisa digunakan untuk berbagai suasana adegan mulai dari adegan drama melankolis hingga drama konflik atau adaegan gonthok (perkelahian). Jula-juli juga dimainkan untuk permulaan dan penutupan (ending) cerita, menandakan perubahan suasana adegan, masuk atau keluarnya pemain dari panggung dan juga sebagai musik pengisi jeda antar adegan ketika slot (tirai depan) ditutup.
Ludruk adalah sebuah pertunjukkan seni teater rakyat khas Jawa Timur, yang memadukan seni musik, tari dan seni peran didalamnya. Ludruk selalu diawali dengan pertunjukan tari ngremo, sebuah tari spesifik Jawa Timur, kemudian dilanjutkan dengan bedhayan, dagelan (lawakan) dan dipungkasi dengan cerita. Itulah pakem Ludruk konvensional yang tetap dipertahankan sampai sekarang. Meskipun saat ini banyak ludruk yang sudah menambahkan unsur-unsur modern dalam perkembangannya, namun kebanyakan tetap mempertahankan keempat elemen dasar yang sudah ada sejak dulu.
Iringan musik yang digunakan dalam pertunjukkan ludruk adalah gamelan Jawa berlaras (nada) pelog-slendro atau slendro saja. Sedangkan gendhing yang khas dalam mengiringi sebagian besar alur pertunjukkan ludruk ialah gendhing Jula-juli yang khas Jawa Timur.
Gendhing Jula-juli digunakan untuk mengiringi kidungan tari ngremo, kidungan dalam acara bedhayan, dan kidungan dagelan, serta menjadi musik latar dalam cerita ludruk. Gendhing julla-juli sangat fleksibel sehingga bisa digunakan untuk berbagai suasana adegan mulai dari adegan drama melankolis hingga drama konflik atau adaegan gonthok (perkelahian). Jula-juli juga dimainkan untuk permulaan dan penutupan (ending) cerita, menandakan perubahan suasana adegan, masuk atau keluarnya pemain dari panggung dan juga sebagai musik pengisi jeda antar adegan ketika slot (tirai depan) ditutup.
Komentar
Posting Komentar